Sistem Pengolongan Darah
Manusia mempunyai golongan darahnya
masing-masing yang dimilikinya sejak lahir hingga meninggal dunia.
Golongan darah tidak dapat berubah dari satu golongan darah menjadi
golongan darah yang lain.
Karl
Landsteiner adalah ilmuwan asal Austria yang menemukan cara
penggolongan darah ABO , sehinggga memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi
dan Kedokteran
pada tahun 1930.
Karl Landsteiner mengklasifikasian darah dari
suatu individu berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen
warisan
pada permukaan membran sel darah merah yang disebut sebagai golongan
darah. Klasifikasi ini berdasarkan adanya perbedaan jenis karbohidrat
dan protein
pada permukaan membran sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah
yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor
Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen
selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi
darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi
transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal,
syok, dan kematian.
Golongan darah manusia ditentukan
berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
- Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya.
- Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
- Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.
- Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B.
Secara umum, golongan darah O adalah
yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia
dan Norwegia,
golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen
B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B,
golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.
Rhesus
Nama rhesus diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki
faktor ini pada tahun 1940
oleh Karl Landsteiner. Rhesus adalah jenis penggolongan
darah lain yang dikenal dengan memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor
Rh. Seseorang yang tidak memiliki
faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka
yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki
golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan
penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun
pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah
dengan 80% populasi dengan golongan darah B. Untuk Indonesia sendiri lebih
banyak ditemui golongan dara rhesus positif (Rh+) daripada rhesus negatif (Rh-).
Kecocokan faktor Rhesus amat penting
karena ketidakcocokan golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya
Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang
mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada
atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi janin pada
saat kehamilan.
Golongan
darah lainnya
- Diego positif yang ditemukan hanya pada orang Asia Selatan dan pribumi Amerika.
- Dari sistem MNS didapat golongan darah M, N dan MN. Berguna untuk tes kesuburan.
- Duffy negatif yang ditemukan di populasi Afrika.
- Sistem Lutherans yang mendeskripsikan satu set 21 antigen.
- Dan sistem lainnya meliputi Colton, Kell, Kidd, Lewis, Landsteiner-Wiener, P, Yt atau Cartwright, XG, Scianna, Dombrock, Chido/ Rodgers, Kx, Gerbich, Cromer, Knops, Indian, Ok, Raph dan JMH.

0 Response to "Sistem Pengolongan Darah"
Posting Komentar